Disini aku akan bercerita sedikit tentang pengalaman menderita efusi pleura / pleura effusion. Sekitar awal tahun 2019 aku di diagnosa menderita efusi pleura. Efusi pleura atau aku sebut sih EF. Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu
rongga di antara lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan
pleura yang menempel pada dinding dalam rongga dada (base on www.alodokter.com).
Bagaimana gejalanya? Apa penyebabnya? So, like what I said, I will share everything I know.
Gejala yang paling umum dirasakan bagi penyakit yang berhubungan dengan paru2 adalah sesak nafas. Seperti orang awam pada umumnya ketika sesak nafas yang pertama aku pikirkan adalah masuk angin. Terhitung sejak bulan November 2018 aku sudah mengalami sesak nafas yang lagi2 aku pikir hanya masuk angin, alhasil yang aku lakukan hanya minum jamu tolak angin. Setelah sesak nafas hal lain yang aku rasakan adalah nyeri pada dada bagian kiri. Lagi2 aku pikir ini hanya karena masuk angin, dan yang aku lakukan adalah memakai minyak angin untuk meredakan rasa sakit.
Puncaknya terjadi saat bulan Januari 2019, saat aku sakit typus. Mendadak sesak nafasku menjadi semakin parah, ditambah oleh batuk kering yang tidak kunjung sembuh, dan demam yang tidak hilang padahal hasil tes darahku sudah menyatakan aku sudah sembuh dari typus. So, dokter menyarankan untuk dilakukan rontgen. Dan ternyata hampir seluruh paru2 kiriku berwarna putih, atau menurut dokter paru2 kiriku sudah penuh dengan air. Gambar dibawah hanya contoh, not mine (sorry, sulit mengambil gambar aslinya dengan jelas). Melihat gambar tersebut dokter langsung menyarankan opname, karena terlalu bersiko jika tidak segera di tangani, mengingat aku sudah sangat sulit bernafas. Padahal satu minggu sebelumnya aku baru saja keluar dari rumah sakit karena typus.
Setelah diopname sekitar 3 hari aku diberi tindakan medis berupa penyedotan cairan dari dalam paru2. Setiap perawat yang mengecek kondisiku selalu meminta disiapkan botol 1,5 L untuk menampung cairan. Aku pikir botol itu akan terisi penuh oleh air, ternyata saat dilakukan penyedotan cairan yang bisa diambil hanya 10/20 cc (sorry, lupa tepatnya). Dokter mengatakan jika cairan di dalam plerura sudah bersekat-sekat, sehingga sudah sulit untuk disedot dari satu titik saja (harus dilakukan penyedotan disetiap sela tulang rusuk). Membayangkannya saja aku sudah merinding, membayangkan setiap sela tulang rusukku harus dilubangi dengan jarum. Sebenarnya prosedur penyedotan cairan untuk EF tidak bergitu rumit, hanya melakukan bius lokal dan kemudian dokter akan memasukkan jarum untuk mengeluarkan cairan. Walaupun sudah dibius, aku masih bisa merasakan sakit saat jarum untuk menyedot cairan masuk.
Dokter sempat mengatakan jika EF yang aku derita ini sudah cukup lama, mengingat cairan sudah bersekat-sekat. Aku kembali ingat saat bulan November aku mulai merasakan sesak dan nyeri dada sebelah kiri. Ternyata itu adalah gejala EF yang aku pikir masuk angin.
Dokter juga menjelaskan penyebab seseorang menderita EF. Beberapa penyebabnya adalah kanker dan infeksi. Aku sangat bersyukur ternyata hasil lab cairan tersebut menunjukan EF yang aku derita disebabkan oleh infeksi. Infeksinya ini dapat terjadi karena gaya hidup yang kurang sehat contohnya adalah begadang.
Begadang ternyata memang kebiasaan yang sangat tidak baik untuk kesehatan. Tahun 2018 adalah tahun yang cukup berat dalam urusan akademikku. Aku harus mengejar gelar sarjana pada tahun tersebut. Dengan mengalami gagal penelitan hingga 3 kali, membuatkan bekerja sangat keras untuk bisa lulus di bulan Desember (gagal lulus tepat waktu). Setiap hari aku menghabiskan waktu di laboratorium hingga malam, dan saat sampai kosan aku harus menulis skripsi hingga lewat tengah malam. Hal itu terus berulang hingga akhir bulan November, tepatnya setelah aku menyelesaikan pendadaran (sidang). Lelah tak dirasa, namun ternyata raga merana.
Setelah hasil lab keluar, dokter menyarankan melakukan pengobatan dengan antibiotik untuk menghabiskan cairan di dalam paru2ku. Pada awal pengobatan, aku harus menghabiskan minimal 5 tablet obat setiap kali minum. Di pagi hari aku harus meminum 9 macam obat yang aku tidak paham apa fungsinya, di siang hari aku minum 6 butir/tablet obat dan di malam hari aku meminum 5 butir/tablet obat. Reaksi yang aku rasakan setelah minum sebanyak itu adalah lemas dan pusing. Setelah sekitar 1 bulan pengobatan, jumlah obat yang harus aku minum hanya 4 butir/tablet per hari (aku dengar namanya obat merah, karena warnanya merah), ini berlanjut hingga bulan ke 6. Efek samping yang aku rasakan setelah minum obat ini adalah rambut rontok. Mendadak rambutku menjadi rontok parah, sampo anti rambut rontok pun tidak berfungsi. Pada masa2 ini untuk menyisir rambut dengan jari saja aku takut, karena akan banyak rambut yang tertarik dan patah.
Selain rambut rontok, ada hal lain yang sangat mengganggu, yakni nyeri di dada sebelah kiri. Aku pikir dengan sesak nafas yang hilang nyeri di dada juga akan hilang ternyata tidak. Ya, menurut dokter nyeri tersebut ibarat kulit yang terluka walaupun sudah sembuh akan meninggalkan bekas. Jadi nyeri yang aku rasakan ini adalah bekas EF yang aku derita.
Setelah 6 bulan aku kembali melakukan rontgen. Hasilnya paru2ku belum bersih sepenuhnya. Alhasil aku harus melanjutkan pengobatan 3 bulan lagi. Obat yang diberikan sudah berubah. Terdapat 2 macam obar yang lagi2 menimbulkan efek samping yang sangat mengganggu. Aku merasakan pusing dan mual yang luar biasa. Mungkin obatnya terlalu keras, sehingga lambungku tidak kuat.
Aku dinyatakan sembuh dari EF pada bulan Desember 2019. Setelah hampir 11 bulan berobat dengan dokter spesialis paru dan meminum antibiotik yang tidak berhenti (jadi jika aku lupa sekali mimum obat maka pengobatanku harus diulang dari awal). Hasil rontgen yang ketiga sudah cukup baik (sorry ga bisa ditampilkan lagi). Aku hanya dianjurkan untuk minum vitamin B dan temulawak oleh dokter (mungkin untuk menghilangkan efek samping pengobatan panjang yang aku lalui).
Sekarang aku lebih berhati2, aku berusah untuk menghindari begadang dan angin malam karena itu memang tidak baik dan tidak sehat untuk tubuh. Saat ini aku juga harus rutin melakukan rontgen (6 bulan sekali) karena terkadang pada penderita EF cairan akan kembali muncul dan terjadi rembesan baru di pleura. Terkadang aku juga masih merasakan sesak nafas, dan nyeri di dada bagian kiri (terutama saat bersin).
P.S.: jaga selalu kesehatan yaa. aku kutip sedikit kata2 dari drama dr. John "Setiap rasa sakit pasti ada penyebabnya" jadi ketika kita merasakan sakit dan ada yang tidak beres di dalam tubuh kita, jangan dianggap remeh dan disepelekan. Jika terlambat ditangani akan fatal jadinya.
Thank you for all readers
@ABstyle_
Komentar
Posting Komentar